Bakso atau Rinso
Posted: Jumat, 16 Januari 2015 by Unknown inAndi sedang bermain bola bersama teman-temannya di taman dekat tempat tinggalnya saat Ibunya memanggil.
“Andi, kemari nak. Ibu perlu bantuan kamu ni..” teriak Ibunya dari teras rumahnya yang tak jauh dari taman.
“Bentar ah Bu.. Nanggung ni mainnya..” sahut Andi sambil melempar bola
yang digenggamnya, karena ia bertugas sebagai penjaga gawang.
“Nanggung-nanggung? Gigimu nanggung. Yakin ni nggak mau. Ntar nggak Ibu bikinin puding baru tau rasa..”
“Iya deh, iya. Andi bantuin.” potong Andi sebelum Ibunya selesai berbicara, kerena ia sangat suka dengan puding buatan Ibunya.
Andi pun memilih berhenti bermain bola dan bergegas menemui Ibunya yang membutuhkan bantuan dirinya.
“kenapa Bu..?” ucap Andi begitu sampai di teras rumahnya.
“Ibu mau nyuci, tapi deterjen Ibu habis. Kamu belikan rinso gih di
warung Mak Inong. Ini uangnya 10 ribu, jangan lupa kembaliannya. Ntar
kamu jajanin lagi kayak kemarin. Kalau kembaliannya berkurang, Ibu
kurangin juga jatah puding kamu.” Jelas Ibunya panjang lebar.
Andi yang baru bersekolah di tingkat SD kelas tiga tersebut hanya
menjawabnya dengan kata “iya” yang disertai dengan anggukan lugunya
dengan ekspresi wajah cemberutnya. Ia berjalan pelan meninggalkan Ibunya
di teras rumah.
Di tengah perjalanan yang lumayan sepi, ia melihat seorang pengendara
sepeda motor yang melaju dengan kecepatan tinggi dan tiba-tiba
“Brraaakkk…” pengendara tersebut menabrak seorang Ibu-Ibu paruh baya
yang sepertinya sehabis berbelanja di Pasar Sore. Barang-barang
belanjaannya berserakan di jalanan, sementara pengendara yang menabrak
Ibu tersebut melarikan diri dengan sepeda motor miliknya. Andi yang
berada di dekat tempat kejadian dan melihatnya secara langsung menjadi
shock. Pasalnya hanya dia seorang yang berada di tempat itu, tempat yang
terbilang cukup sepi. Meskipun sedikit ragu dan gemetaran, anak yang
baru berusia 9 tahun tersebut memberanikan dirinya untuk mendekati si
korban. Ia pun berteriak keras meminta tolong “Tolong… tolong… tolong..
Ada yang kecelakaan…” Warga yang mendengar teriakan Andi bergegas
mencari dan mendekati sumber suara.
Ketika banyak warga yang datang, bukannya membuat segalanya menjadi
lebih mudah, justru memperburuk kecemasan Andi karena warga yang datang
tidak bergegas menolong korban melainkan mananyakan kronolis kejadiannya
kepada Andi. Ia hanya terdiam terpaku, tanpa sepatah kata pun muncul
dari bibir kecilnya. Beberapa di antara warga yang menyadari akan
keadaan Andi segera membawa korban ke klinik terdekat.
Lambat laun, warga yang berada di sekitar kejadian segera membubarkan
diri. “huufftt.. Akhirnya lega juga.” batinnya. Awan hitam di angkasa
yang dihiasi petir yang menggelegar menyadarkan Andi bahwa ia sedang
disuruh oleh Ibunya membeli sesuatu di warung Mak Inong. Ia pun berlari
menuju warung Mak Inong. Sementara itu, Ibunya yang berada di rumah
mulai mencemaskan anak bungsunya yang sedari tadi tak kunjung kembali ke
rumahnya mengingat langit yang semakin gelap perlahan meneteskan
rintikan hujan.
Sesampainya di warung Mak Inong, Andi berpikir sejenak,
mengingat-ingat apa yang disuruh Ibunya beli. “Owh.. Ibu tadi menyuruhku
membeli rinso” pikirnya. Ia pun memesan rinso pada Mak Inong “Mak,
rinsonya 1 bungkus ya.” Mak Inong pun segera mengambilkan rinso
untuknya. Disaat yang bersamaan, Andi melihat keadaan di luar warung
yang telah hujan.
“Heh?!” Ia seolah tersadar dari keadaan “hari lagi hujan. Buat apa
rinso? Masa’ iya Ibu mau nyuci? Bakso kali.. kan enak kalau makan bakso
dingin-dingin gini. Eh, tapi tadi kayaknya Ibu nyuruh aku beli rinso
lah. Aduh, gimana ni, bakso atau rinso…” bisiknya dalam hati.
“Ndi, ini rinsonya.” ucap Mak Inong sembari memberikan rinsonya.
“Aduh, Mak. Nggak jadi deh, beli baksonya aja 1 bungkus. Di bungkus ya Mak…” jawab Andi mengembalikan rinsonya.
“Kamu ini gimana sih, tadi katanya rinso sekarang bilang bakso.” jawab
Mak Inong sedikit jengkel karena merasa dipermainkan oleh Andi.
“Hehe.. Salah Mak..” jawabnya mesam-mesem. Andi pun memberikan uang 10
ribu yang diberikan Ibunya tadi dan Mak Inong segera membungkuskannya
untuk Andi. Kemudian uang kembali 5 ribu.
Setelah menerima bakso dan kembalian uang dari Mak Inong, Andi
bergegas pulang ke rumahnya karena ia yakin Ibunya pasti mencemaskannya.
Sesampainya di rumah, Ibunya berkata, “Kamu ini, kok lama sekali. Dari
tadi Ibu tungguin juga. Ya sudah, mana rinsonya?”
“Hah?” jawab Andi dengan terpelongok, ekspresi wajah yang membuat orang
terkekeh melihatnya. Gemetaran ia memberikan kantong plastik hitam yang
ada digenggamannya.
“Andi… Ibu menyuruh kamu membeli rinso, bukan bakso…” geram Ibunya sembari menjewer kuping anaknya.
“Aduh-aduuhhh, ampun Bu.. Andi nggak ingat. Soalnya kan hujan. Jadi Andi
pikir Ibu menyuruh beli bakso” Jawab Andi tertunduk merasa bersalah.
“Ya sudah, kamu ambil mangkuk sana di belakang. Kita makan bakso sama-sama.”
Andi pun berjalan pelan menuju dapur rumahnya untuk mengambil
mangkuk. Ia kembali dengan memberikan mangkuk kepada Ibunya dan kemudian
Ibunya menuangkan bakso ke dalam mangkuk tersebut.
Ibu: Enak juga Ndi baksonya..
Andi: ……
TAMAT
Cerpen Karangan: Suryadi Al-Ghany
Blog: http://siemusfir.blogspot.com/
Suryadi Al-Ghany merupakan nama pena dari seorang mahasiswa jurusan Hukum Bisnis Syari’ah (MUAMALAH) di lingkungan IAIN SU.